Anda
mungkin bertanya tanya, mengapa China yang idiologi komunis bisa
menjadi kapitalis dan menarik begitu banyak investor. Bahkan semua
perusahaan industri yang terdaftar dalam 500 fortune pasti punya pabrik
di China. Dari industri pesawat terbang seperti Boeing punya manufaktur
nya di China. 90% produksi Iphone diproduksi di China. Semua produksi
merek Samsung, LG Korea, diproduksi di China. GE raksasa bidang industri
hight tech dan electro ada di China. Semua produk merek Jepang
diproduksi di China. Kehadiran mereka di China sangat cepat sekali.
Hanya 20 tahun mereka sudah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi China.
Dari kehadiran mereka lahirlah jutaan supply chain yang merupakan perusahaan lokal dengan melibat ratusan juta angkatan kerja. Mengapa? hanya satu jawabannya, yaitu China punya bahan baku Rare earth (REE) atau logam Tanah Jarang (LTJ).
Sebelum saya bahas lebih lanjut soal geostrategis Rare Earth Element ( REE ) atau Logam tanah jarang ( LTJ), kita pahami dulu apa itu LTJ. LTJ merupakan bahan mineral yang mengandung tujuh belas unsur kimia, yang terdiri dari Skandium , itrium dan 15 unsur lantanida (lantanum, serium, praseodimium, neodimium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, disprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, dan lutetium). Skandium ditemukan di sebagian besar deposit unsur tanah jarang dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai unsur tanah jarang. Unsur tanah jarang sering disebut sebagai "logam tanah jarang." Logam-logam ini memiliki banyak sifat yang serupa, dan yang sering ditemukan bersama dalam deposit geologis. Makanya juga disebut sebagai "oksida tanah langka”
Sebelum saya bahas lebih lanjut soal geostrategis Rare Earth Element ( REE ) atau Logam tanah jarang ( LTJ), kita pahami dulu apa itu LTJ. LTJ merupakan bahan mineral yang mengandung tujuh belas unsur kimia, yang terdiri dari Skandium , itrium dan 15 unsur lantanida (lantanum, serium, praseodimium, neodimium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, disprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, dan lutetium). Skandium ditemukan di sebagian besar deposit unsur tanah jarang dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai unsur tanah jarang. Unsur tanah jarang sering disebut sebagai "logam tanah jarang." Logam-logam ini memiliki banyak sifat yang serupa, dan yang sering ditemukan bersama dalam deposit geologis. Makanya juga disebut sebagai "oksida tanah langka”
Apa
manfaat dari REE ? Hampir keseharian kita tidak bisa dipisahkan dari
alat yang dihasilkan karena adanya material RRE. Seperti memori
komputer, DVD, baterai isi ulang, ponsel, catalytic converter, magnet,
lampu neon dan banyak lagi. Apalagi baterai isi ulang sangat dibutuhkan
oleh industri perangkat elektronik portabel seperti ponsel, layar
monitor sentuh, komputer portabel, dan kamera. Sejak mewabahnya
kendaraan listrik di negara maju sebagai dampak revolusi energi hijau,
kebutuhan akan RRE semakin besar. Karena baterai kendaraan membutuhkan
bahan baku REE. Kendaraan listrik dalam jangka menengah akan mengalahkan
kendaraan BBM fusil.
Dalam suatu seminar di Luar negeri tahun 2013, saya mendapat wawasan tentang akan terjadi perubahan geopolitik dari minyak ke logam tanah jarang ( Rare earth). Yang membuat saya terkejut dari seminar itu adalah pembicara mengulas kejayaan bangsa yang pernah berkuasa di dunia ini. Pertama adalah bangsa persia. Kedua, adalah bangsa Mongol, dan ketiga adalah Indonesia. Nah karena disebut nama Indonesia, inilah yang membuat saya terkejut, dan akhirnya membuat saya semangat menyimak seminar ini sampai akhir. Semua tahu bahwa bangsa persia pernah menjadi negara super power di masanya. Mongol juga pernah menguasai lebih setengah bumi ini. Indonesia di masa Majapahit pernah berkuasa sampai ke Vietnam
Dalam suatu seminar di Luar negeri tahun 2013, saya mendapat wawasan tentang akan terjadi perubahan geopolitik dari minyak ke logam tanah jarang ( Rare earth). Yang membuat saya terkejut dari seminar itu adalah pembicara mengulas kejayaan bangsa yang pernah berkuasa di dunia ini. Pertama adalah bangsa persia. Kedua, adalah bangsa Mongol, dan ketiga adalah Indonesia. Nah karena disebut nama Indonesia, inilah yang membuat saya terkejut, dan akhirnya membuat saya semangat menyimak seminar ini sampai akhir. Semua tahu bahwa bangsa persia pernah menjadi negara super power di masanya. Mongol juga pernah menguasai lebih setengah bumi ini. Indonesia di masa Majapahit pernah berkuasa sampai ke Vietnam
Dalam konteks geopolitik, pembicara
mengulas tentang resource Logam Tanah Jarang yang ada di dunia. Pertama
adalah China, dimana penambangan terbesar di wilayah Mongol. Kedua,
adalah Iran dan Ketiga Indonesia, yang belum diolah. Namun hanya masalah
waktu Iran dan Indonesia akan tampil sebagai produsen Logam Tanah
Jarang terbesar di dunia. Di saat itu , Iran dan Indonesia akan
menghadapi masalah geopolitik dalam konstelasi global yang menginginkan
penguasaan sumber daya dari logam Tanah Jarang. Pemain utama yang
berebut sumberdaya itu adalah AS dan China, yang keduanya rakus akan
logam tanah jarang.
Sebelumnya sekian decade, geostrategi dan geopolitik berputar putar sekitar perebutan sumber daya oil and Gas , hanya masalah waktu bandul geopolitik akan bergerak ke logam tanah Jarang. Mengapa? karakusan akan oil and gas dulu, akan sama rakusnya terhadap logam tanah jarang di masa akan datang. Memang setelah tahun 2013, permintaan minyak menurun, harga semakin turun. itu sejak berkembangnya tekhnologi shale gas. Karenanya konflik regional mereda tidak seperti era booming minyak. Namun perseteruan akan kembali mewarnai geopolitik setelah permintaan akan logam tanah jarang semakin meningkat sebagai energi alternatif. Artinya siapa yang menguasai sumber daya RRE atau LTJ, maka dialah penguasa dunia.
Sebelumnya sekian decade, geostrategi dan geopolitik berputar putar sekitar perebutan sumber daya oil and Gas , hanya masalah waktu bandul geopolitik akan bergerak ke logam tanah Jarang. Mengapa? karakusan akan oil and gas dulu, akan sama rakusnya terhadap logam tanah jarang di masa akan datang. Memang setelah tahun 2013, permintaan minyak menurun, harga semakin turun. itu sejak berkembangnya tekhnologi shale gas. Karenanya konflik regional mereda tidak seperti era booming minyak. Namun perseteruan akan kembali mewarnai geopolitik setelah permintaan akan logam tanah jarang semakin meningkat sebagai energi alternatif. Artinya siapa yang menguasai sumber daya RRE atau LTJ, maka dialah penguasa dunia.
Iran
Tahun 2016, saya mendapat informasi
dari teman di Beijing bahwa mereka mendapat konsesi tambang Mineral di
Iran. Ternyata hasil survey geologis membuktikan seperti apa yang saya
dengar pada seminar tahun 2013 itu. Bahwa ternyata Iran mengandung
deposit Logam Tanah jarang sangat raksasa. Eksplorasi pertama kali
mengidentifikasi Zona Mineral Sangan yang terletak di barat laut
Provinsi Khorasan Razavi. Cadangan substansial unsur tanah jarang,
ditemukan di zona 12.000 kilometer persegi. "Mereka adalah negara yang
sangat kaya akan mineral. Ini jauh lebih besar dari sumber daya Migas”
kata teman saya.
Iran meluncurkan ingot tanah jarang
pertamanya, dengan kemurnian 99%, yang disebut Mischmetal. Ingot, hasil
penelitian selama enam bulan oleh Pusat Penelitian Pengolahan Mineral
Iran, terdiri dari empat unsur tanah jarang, termasuk serium, lantanum,
neodimium, dan itrium, yang semuanya diekstraksi dari tambang di Iran
Tengah. Apa itu Mischmetal? itu sangat dibutuhkan sebagai bahan baku
pembuatan tabung hampa udara, baterai yang mengandalkan teknologi
hidrida logam. Dalam industri logam, ini sebagai sumber pemicu
terjadinya percikan api untuk memulai pembakaran dan nyala api, serta
untuk meningkatkan kemampuan cetakan dan sifat-sifat mekanis pada
campuran metal.
Iran sejak tiga tahun lalu serius
mempelajari metode ekstraksi dan eksploitasi vanadium, galium, nikel,
kadmium, dan tungsten dan akan segera memulai produksi ingot dan paduan
tanah jarang ini. Mungkin tahun ini akan mulai produksi. Hebatnya walau
Iran di Embargo ekonominya, namun kerjasama penambangan dan pengolahan
bukan hanya datang dari China (Sinosteel) yang jelas partner Iran
tetapi juga dari berbagai negara seperti Jerman, Denmark, Italia,
Australia, dan Jepang. Namun yang terbesar tetaplah China dan AS tidak
dapat kesempatan sama sekali memanfaatkan SDA LTJ. Puluhan miliar dolar
dibenamkan dalam industri pengolahan Logam Tanah Jarang.
China
Sekitar 30 tahun lalu, Pemerintah
China telah memutuskan untuk menjadikan logam tanah jarang bahan baku
strategis dan melarang pihak asing menambangnya. Penambangan logam tanah
jarang pertama kali di wilayang Mongolia, dan kemudian meluas sampai ke
Xinjiang yang sangat besar deposit logam tanah jarang. Walau begitu
Cina hanya memiliki sekitar 30% cadangan global dari tanah jarang.
Namun China memproduksi ekstrak tanah
jarang mencapai 70% produksi dunia. Sebagian bahan tambang logam tanah
jarang didapat dari tambang yang mereka miliki di Amerika Utara,
Australia, Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Afrika Sub-Sahara, yang
dikapalkan ke China untuk diolah. China menguasai 90 pasar ekstrak logam
tanah jarang dunia. Tahun ini China tengah meningkatkan kuota
penambangan tahunan untuk logam tanah jarang menjadi 132.000 ton atau 10
persen di atas rekor tertinggi pada tahun lalu.
Indonesia.
Indonesia memiliki potensi mineral
Logam Tanah Jarang (LTJ) mencapai 1,5 miliar ton. Namun, mineral LTJ
tersebut belum dimanfaatkan optimal sebagai barang strategis untuk
mendukung kegiatan industri dalam negeri maupun menjadi komoditas
ekspor. Survey yang dilakukan Badan Geologi, ada 29 lokasi yang
berpotensi mengandung logam tanah jarang. Lokasi tersebut di wilayah
Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Pulau Bintan Riau,
Kepulauan Anambas Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Barat.
Inalum mulai tahun 2019 menggandeng
BATAN untuk melakukan studi pengolah LTJ tersebut. Dan rencananya tahun
depan Pt. Inalum akan membangun industri logam Tanah Jarang yang
rencananya akan bermitra dengan China.
Masalah geopolitik
Dunia tidak bisa mengandalkan China
untuk menjamin pasokan akan LTJ. Kalau dibiarkan maka China akan jadi
diktator Industri dan mengontrol dunia. Mengapa ? karena kebutuhan
industri hilir akan LTJ di China sangat besar. Cina telah mendominasi
produksi logam tanah jarang sejak 1990-an, sebagian besar didorong oleh
dua faktor: harga rendah dan investasi yang didukung negara dalam
infrastruktur dan teknologi. Pada tahun 2000-an, Cina hampir sepenuhnya
menguasai produksi tanah jarang. Dominasi ini tidak dicapai hanya dengan
harga. China juga menggunakan kebijakan industri yang dimulai pada
1980-an untuk mengembangkan keahlian dalam ekstraksi, pemisahan, dan
penyempurnaan dari tanah jarang.
Kebijakan industri Cina sebenarnya
mencerminkan pendekatan A.S. pada 1950-an dan 1960-an, ketika
Laboratorium Ames dan Pusat Informasi Rare-earth (RIC) menggunakan
investasi negara untuk mendukung upaya sektor swasta. Sementara dukungan
negara menurun dengan cepat di Amerika Serikat (RIC hilang pada tahun
2002), lembaga-lembaga Cina masih terus menguat. Setelah Cina
mendominasi produksi, mereka menggunakan harga diferensial untuk memberi
keuntungan bagi produsen hilir domestik dibandingkan ekspor. Harga
domestik yang lebih murah, serta ketersediaan SDM keahlian , menjadi
magnit menarik investor asing ke Cina membangun industri hilir. Semua
industri elektronik raksasa Jepang, Korea, AS, Eropa mendirikan pabrik
di China.
China sebagian besar mengendalikan
harga, menjaga harga tetap rendah dan membuatnya sulit untuk disaingi.
Sudah banyak perusahaan tambang LTJ yang bangkrut akibat ulah China.
Seperti contoh, Perusahaan A.S. Molycorp menguasai tambang California
Mountain Pass. Molycorp harus mengajukan kebangkrutan ketika harga
jatuh. Perusahaan yang berbasis di Kanada yang sekarang memiliki aset
sebagian besar telah memindahkan R&D dan proses pemisahan dan
penyempurnaan dari Mountain Pass ke Cina. Begitu cara China menyedot
penambang membangun pengolahan LTJ di China.
Jepang, dan Austalia berusaha untuk
membuka tambang baru. Sebagai antisipasi kalau China mengembargo LTJ.
Tapi membuka tambang baru juga memakan waktu dan penuh risiko. Dari tiga
belas konsesi tambang di Afrika, misalnya, hanya dua yang berproduksi,
tiga telah gagal, dan delapan lainnya masih dalam tahap sangat awal.
Jepang menemukan sumber daya mineral LTJ di dasar laut. Tetapi
penambangannya akan sangat mahal dan beresiko. Tapi AS dan Australia
terus berupaya mendapatkan pasokan LTJ dari luar China. Pertemuan antara
pejabat Pemerintah AS dan Australia telah meresmikan kemitraan yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pasokan logam tanah jarang dan mineral
penting lainnya dari luar China.
Dephan AS dan Badan Logistik
Pertahanan, telah meminta kepada Lynas Corp yang berbasis di Malaysia
untuk menambah kapasitasnya di Texas. Lynas Corp memiliki tambang di
Australia dan pengolahan di Malaysia Timur. Menteri Sumber Daya
Australia Matt Canavan menyampaikan lembaga keuangan ekspor di AS dan
Australia akan mempertimbangkan langkah-langkah baru untuk membantu
mempercepat proyek-proyek tambang LTJ. Yang jelas negara besar di
dunia, mulai dari Greenland hingga India, juga telah berupaya
mendapatkan sumber pasokan di luar China. Kini pesaing utama China yang
memproduksi 30% LTJ dunia adalah Lynas.
Selain China, kekuatan tersembunyi
sumber daya LTJ itu adalah Indonesia dan Iran. Kedua negara ini sudah
mulai membuka pintu untuk penambangan LTJ. Namun baik Iran maupun
Indonesia telah mengeluarkan UU yang mengharuskan pengolahan semua
sumber daya mineral dilakukan di dalam negeri sebelum di ekspor.
Umumnya, unsur tanah jarang dijumpai di mineral ikutan, seperti
bastnaesit, monasit, xenotim, apatit, dan zirkon. Pada konsentrat nikel,
timah, emas, almunium unsur tanah jarang banyak terdapat. Dengan
melarang ekspor konsentrat, itu artinya sumber bahan baku ikutan berupa
LTJ tidak bisa lagi didapat oleh smelter yang ada di luar negeri.
Dengan demikian, semua industri
pengolahan mineral di luar negeri yang membutuhkan bahan baku untuk
indusri hilirnya harus membangun smetel di Indonesia. Yang paling
agresif melakukan kerjasama pembangunan smelter tambang mineral di
Indonesia adalah China. Di sinilah terjadi pertarungan lobi politik
tingkat tinggi antara dua kekuatan, yaitu AS dan China ( bersama
sekutunya Eropa dan Australia) untuk mendapatkan pengaruh di Indonesia.
AS dan Eropa termasuk Jepang, jelas tidak ingin membangun smelter di
Indonesia karena mereka ingin menghidupkan industri dalam negerinya.
Sementara Jokowi tetap bersikeras. Stop.
Protes Eropa ( tentu di belakangnya
AS) terhadap larangan ekspor bahan mentah mineral oleh Indonesia adalah
bukti bahwa AS sedang menekan Indonesia. Mengapa? AS dan sekutunya tentu
tidak mau tergantung dengan China akan kebutuhan LTJ. Kalau AS tidak
menguasai sumber daya LTJ selain Chian, tentu sangat beresiko bagi masa
depan industrinya. Karenanya setelah Jokowi dilantik sebagai presiden
tensi politik memanas, khususnya sentimen anti China meluas. China
tidak mau tinggal diam. China
menawarkan dukungan financial kepada pemerintah Jokowi untuk pembangunan
infrastruktur di luar jawa , dan berjanji akan mengembangkan indusri
hilir tambang mineral untuk mengurangi defisit neraca perdagangan
Indonesia.
Dan AS tidak menjanjikan apa apa kecuali mengancam Jokowi melalui kekuatan proxy nya di dalam negeri. Mengapa AS menolak kebijakan larangan ekspor bahan mentah tambang? AS sudah punya pusat industri pengolah LTJ di Malaysia dan Eropa. AS berharap bahan baku tambang LTJ dikirim ke Malaysia dan Eropa. Dan kemudian dieskpor ke AS. Ini memang batu sandungan bagi bangkitnya industri hilir tambang di Indonesia, khususnya LTJ. Iran agak beruntung. Karena proxy AS di Iran sejak pembunuhan Qasem Soleimani menjadi alasan bagi intel Qud untuk menangkapi mereka. Sehingga program Iran menjadi kekuatan baru di masa depan berkat sumberdaya LTJ tidak mengalami kendala serius dari dalam negeri. Namun hambatan serius datang dari luar. Tahun ini AS mulai head to head dengan Iran. Ketegangan baru terjadi di Iran dengan terbunuhnya Qasem Soleimani. AS sudah mengirim Armada kapal Induk dan 1500 marinir. Perang terbuka mungkin saja terjadi...
Dan AS tidak menjanjikan apa apa kecuali mengancam Jokowi melalui kekuatan proxy nya di dalam negeri. Mengapa AS menolak kebijakan larangan ekspor bahan mentah tambang? AS sudah punya pusat industri pengolah LTJ di Malaysia dan Eropa. AS berharap bahan baku tambang LTJ dikirim ke Malaysia dan Eropa. Dan kemudian dieskpor ke AS. Ini memang batu sandungan bagi bangkitnya industri hilir tambang di Indonesia, khususnya LTJ. Iran agak beruntung. Karena proxy AS di Iran sejak pembunuhan Qasem Soleimani menjadi alasan bagi intel Qud untuk menangkapi mereka. Sehingga program Iran menjadi kekuatan baru di masa depan berkat sumberdaya LTJ tidak mengalami kendala serius dari dalam negeri. Namun hambatan serius datang dari luar. Tahun ini AS mulai head to head dengan Iran. Ketegangan baru terjadi di Iran dengan terbunuhnya Qasem Soleimani. AS sudah mengirim Armada kapal Induk dan 1500 marinir. Perang terbuka mungkin saja terjadi...
Kesimpulan.
AS dan Barat harus menyadari politik hegemoni melalui kekerasan dan embargo sudah bukan jamannya. Kini saatnya collaborate, dan synergy. Sebagaiman China, Barat dan AS harus mau merelokasi industrinya ke Indonesia dan Iran agar terjadi keseimbangan dengan China. Pada waktu bersamaan China harus mengubah sifat ingin mengontrol industri hilir dengan mematikan pesaing di hulu. Kalau itu terjadi , maka kejayaan bangsa Mongol, Persia, Majapahit, akan mengulang sejarah dunia di era modern, tetapi dengan cara cara yang egaliter dan penuh cinta. Sudah saatnya kita semua sebagai bagian dari penduduk dunia mengutamakan cinta dalam membangun, dan bersaing secara sehat.
Bagi Indonesia, semoga faktor geopolitik ini disadari oleh semua anak bangsa agar tetap bersatu. Jangan sampai kita diadu domba yang pada akhirnya pihak asing yang untung. Yang penting, pengalaman era kejayaan MIGAS di era Soeharto di bawah aneksasi AS ( Barat dan sekutunya) yang memaksa kita hanya menjual minyak mentah tanpa kemandirian dibidang kilang BBM, jangan terulang lagi. Kedepan kita harus belajar dari kesalahan masa lalu dan focus kepada nilai tambah dan kedaulatan terhadap SDA untuk kepentingan rakyat banyak. Karenanya industri pengolahan LTJ adalah mutlak dilakukan di dalam negeri dan termasuk industri hilirnya. Siapapun jadi presiden setelah Jokowi , platform ini harus jadi pijakan.
AS dan Barat harus menyadari politik hegemoni melalui kekerasan dan embargo sudah bukan jamannya. Kini saatnya collaborate, dan synergy. Sebagaiman China, Barat dan AS harus mau merelokasi industrinya ke Indonesia dan Iran agar terjadi keseimbangan dengan China. Pada waktu bersamaan China harus mengubah sifat ingin mengontrol industri hilir dengan mematikan pesaing di hulu. Kalau itu terjadi , maka kejayaan bangsa Mongol, Persia, Majapahit, akan mengulang sejarah dunia di era modern, tetapi dengan cara cara yang egaliter dan penuh cinta. Sudah saatnya kita semua sebagai bagian dari penduduk dunia mengutamakan cinta dalam membangun, dan bersaing secara sehat.
Bagi Indonesia, semoga faktor geopolitik ini disadari oleh semua anak bangsa agar tetap bersatu. Jangan sampai kita diadu domba yang pada akhirnya pihak asing yang untung. Yang penting, pengalaman era kejayaan MIGAS di era Soeharto di bawah aneksasi AS ( Barat dan sekutunya) yang memaksa kita hanya menjual minyak mentah tanpa kemandirian dibidang kilang BBM, jangan terulang lagi. Kedepan kita harus belajar dari kesalahan masa lalu dan focus kepada nilai tambah dan kedaulatan terhadap SDA untuk kepentingan rakyat banyak. Karenanya industri pengolahan LTJ adalah mutlak dilakukan di dalam negeri dan termasuk industri hilirnya. Siapapun jadi presiden setelah Jokowi , platform ini harus jadi pijakan.
Sumber : https://culas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar